Selasa, 14 Juni 2016

Aku Sudah Cukup Mengertimu (cerpen amatir)

Tiga bulan yang lalu sebuah perasaan sakit, sedih, kecewa dan campur aduk lainnya telah memasuki hatiku. Keadaan dimana yang menurutku paling tak aku inginkan selama hidupku. Yaaa...aku sedang patah hati. Hubungan yang aku jalani bersamanya selama lima tahun dengan segala perjuangan yang ada harus dihentikan karena restu orang tua. Bagaimana bisa selama lima tahun dirinya menyembunyikan restu orang tuanya terhadap hubungan kami, tentu aku marah dan kecewa karena dia tidak pernah terbuka kepadaku. Malam itu disebuah cafe pinggir jalan kami bertemu, dengan senyum dan tatapan mata yang sudah berbeda, tidak seperti biasannya. Ya...hari itu hari paling buruk untukku. Terlihat tanpa berat hati dia mengatakan " Maafkan aku, ini yang terbaik untuk kita, karena jika diteruskan maka kita akan merasakan yang lebih menyakitkan dari ini", tanpa tersadar air mata yang mengalir dari kedua mataku tak dapat terbendung lagi, hari itu aku luapkan semua kesedihanku tanpa sedikitpun menyela semua penjelasannya untuk mengakhiri hubungan kita. Dengan berat hati akhirnya aku menerima keputusannya, karena bagiku memang sebuah hubungan tanpa restu dari orang tua tidak akan berjalan dengan baik. Aku mempercayainya dengan segala yang aku tahu tentang dirinya, aku percaya dia tidak berbohong hanya untuk mengakhiri hubungan kita yang sudah begitu lama kita jalani dengan alasan restu orang tua.

Dua minggu yang aku lalui tanpanya terasa sulit, karena mungkin aku sudah terbiasa dengan sapaan-sapaan darinya setiap hari. Diri ini terlihat bodoh, karena tak lagi nafsu makan, tak ingin melakukan hal apapun selain menangis sepanjang hari hanya untuk mengingatnya. Di minggu ketiga saat diri ini telah mampu menerima kenyataan dan berusaha untuk bangkit dengan segala semangat yang telah diberikan sahabat dan keluarga, Tuhan telah menunjukkan kepadaku yang sebenarnya. Di sebuah akun sosmed milik wanita yang tidak aku kenal sebelumnya memposting sebuah foto berdua bersamanya, sebelumnya aku hanya mengira ya sebuah foto berdua yang mengucapkan selamat karena hari itu dia selesai sidang skripsi, tetapi yang tak aku duga caption dari foto itu adalah " congratulation sayang" tentu saat itu juga perasaan ini semakin sakit dan kecewa melihatnya, kepercayaanku pada semua penjelasannya di hari dia memutuskan hubungan kita sekejap hilang tanpa berfikir panjang. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya, dengan mudah dia mengakhiri hubungan kita yang sudah berjalan lima tahun, lalu dalam jangka waktu yang belum lama bahkan masih hitungan minggu dia telah bersama wanita lain. Sebagai wanita yang telah ditinggalkan dengan alasan restu orang tua lalu mengetahui hal tersebut tentunya aku marah dan tidak bisa menerima perbuatannya itu. Hari itu juga aku segera menghubunginya, meminta penjelasannya dari apa yang aku tahu di sosmed wanita yang tak aku kenal itu, karena pastinya aku merasa telah di bohongi olenya.
" Aku gak tau, entah ada yang memanfaatkan keadan ini atau memang benar adanya yang aku lihat di foto ini, apakah kamu bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi? kalau memang benar yang aku lihat ini, berarti kamu mengakhiri hubungan kita karena orang lain dan bukan karena orang tuamu?".

" Sebelum membahas yang lain, aku mengakhiri hubungn kita bukan hal yang tak buat-buat, tapi aku sama dia saat ini memang sedang dekat, tapi kita gak pacaran, kedekatan kita karena kita memiliki banyak kesamaan, ya..lebih tepatnya sama-sama baru selesai dengan pasangannya msing-masing".

Secepat itu ??? hati dan pikiranku mulai gak karuan, seakan-akan perpisahanku dengannya karena salahku, sehinnga dia begitu mudah melupakan dan berpaling ke wanita lain. Mulai saat itu aku berusaha mengikhlaskan semuannya, mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Bahkan sampai saat ini sedikitpun tak ada yang berusaha aku lupakan darinya, karena semakin aku berusaha melupakan akan semakin aku ingat semua tentangnya. Hari demi hari aku menerima segala sikapnya yang membuatku semakin sakit hati. karena semenjak hari dimana aku tahu dia telah dekat dengan wanita lain, semenjak itu pula dia semakin mengumbar kedekatannya dengan wanita itu di sosmed miliknya. Salahku memang, karena masih berteman dengannya di sosmed tersebut, bukan karena aku tak ingin move on, tapi aku hanya ingin bersikap dewasa dan masih bisa menjalin silaturahmi dengannya meski sekalipun dia tak sudi bertegur sapa denganku.

Sudah banyak kisah yang aku lewati, sudah banyak rasa yang aku lalui. Aku bahagia karena cinta dan aku pun kecewa karena cinta. Tanpa aku sadari saat itu aku terjebak dalam kebahagiaan yang semu. Menyesal ?? Tidak.!! karena masa lalu yang membuatku mampu mengartikan bahwa cinta adalah fitrah manusia. Cinta di masa lalu yang telah menyadarkanku untuk tidak menangisi segala cinta. Banyak pelajaran, pengalaman dan kekuatan yang aku dapatkan dari masa lalu. Lantas, kenapa harus di lupakan ? kenapa harus membenci masa lalu ? aku tidak pernah melupakan dan membenci segala hal yang telah berperan banyak di hidupku, termasuk masa lalu. Aku mengahargainnya, aku jadikan segala titipannya untuk menjadi acuan lebih baik lagi. Dan aku berterima kasih atas segala rasa dan kisah yang telah kamu singgahkan di kehidupanku.

Maret 2016